Thursday, August 30, 2007

Makassar Trip

Kemaren gw ke Makassar. Ada dua proyek yg gw emban di sana. Pertama, dangdutan (rangkaian roadshow kdi 4: live from Makassar, 25th August 2007). Yg kedua, dangdutan juga, hehehe! Kali ini jadi juri di audisi Dangdut Mania. Totalnya, 5 hari gw stay di Makassar.

Di sana, gw ngga sempet berwisata kuliner. Impian gw makan sop konro (yg katanya enak itu), tak sempat terwujud, karna keterbatasan waktu. Sempet 2 kali sih, makan di luar. Makan seafood di restaurant Lae-Lae, en makan mie di Mie Titi. di Mie Titi, mienya lucu lho. Mie kering (asli kering, kriuk2 kayak mie mentah) diguyur pake kuah kentel ditambah potongan2 besar daging ayam dan semacam batagor (ato sesuatu yg mirip batagor, lah...hehehe), yg ennuaak bgt. Buat gw, yg enak bukan mienya, tapi topingnya itu lho...

Yang berkesan malah audisi dangdut mania. Secara acara ini memang mencari orang2 gokil dan banci tampil, ngga heran kalo gw ketemu berbagai karakter yg najis2 bgt, hihihi. Beberapa orang (waktu sesi wawancara) malah begitu membuka diri, dengan menceritakan hal2 private yg konyol -malah cenderung JOROK-, yg sori bgt, ngga bisa dipublish disini, hehehe.

Ada satu cerita yg cukup berkesan en lumayan menusuk hati. Cerita ini dateng dari seorang ibu setengah baya yg cantik.

Dia anak pertama dari keluarga pas2an di daerah Depok. Karena alasan ekonomi itulah akhirnya menghabiskan masa sekolahnya dengan ikut keluarga tantenya yg tinggal di Palu. Di rumah tersebut, ia tinggal bersama tante, dan beberapa anaknya. Sang tante mempunyai karakter yg tegas, dan dia dibesarkan dengan penuh kedisiplinan oleh sang tante.

Singkat cerita, perempuan ini bertunangan dengan salah satu anak lelaki sang tante (gw ngga tau jelasnya urut2an kekerabatan ibu itu dgn, tantenya, yg pasti dia bisa tuh, tunangan dgn anak tantenya itu).

Perempuan muda ini sangat mencintai tunangannya. Sehari-hari ia mengurusi sang tunangan. Maklum tinggal serumah. Ia yang mencuci pakaian pemuda itu, melayani makannya, seperti layaknya seorang istri kepada suaminya. Kesemuanya ia lakukan atas izin dan restu sang tante, yg juga ibu dari sang kekasih. "Cuma satu yg belum kami lakukan, hubungan suami istri!", tandas ibu cantik ini, sambil menahan tangis.

Saking cintanya, permintaan sang tunangan agar dia tidak meneruskan kuliah pun, diturutinya. Menurut sang kekasih -dgn diamini si tante-, mereka akan melamarnya, segera setelah perempuan muda itu menamatkan SMAnya. Sempat suatu saat sang perempuan muda tersebut lolos tes seleksi paskibraka (tingkat nasional). Ia berkesempatan mengibarkan bendera pusaka di istana negara. Tapi sang tunangan tidak mengizinkannya pergi ke Jakarta. Demi cinta, perempuan muda mengalah, ia urung berangkat dan ikhlas melepas kesempatan besar tersebut.

Pada suatu malam, perasaan perempuan muda itu begitu gelisah. Tiba2 saja -seperti ada yg menggerakkan-, ia menyibak tirai kamarnya. Ia melihat sesosok perempuan lain yg tengah berjalan menuju kamar kekasihnya. Hatinya berdebar kencang. Ia sempat bimbang, tetapi akhirnya ia memutuskan untuk mengetahui apa yg tengah terjadi. Ia keluar dan menuju kamar kekasihnya untuk mencari tahu.

Di sana, ia melihat dua sosok tanpa busana tengah memadu kasih. Sang tunangan dan adik iparnya (istri dari adik lelaki sang tunangan sendiri, yg juga tinggal di rumah itu).
-----

Si ibu cantik begitu trauma akan kejadian itu. Dia hampir saja tidak percaya pada cinta. Tapi alhamdulillah, Allah berkenan mempertemukannya kembali dengan seorang pria baik hati, yg sekarang menjadi ayah dari anak2nya.

Tetapi masa lalunya yg keras membentuknya menjadi karakter yg kuat dan tegas. Ia menerapkan kedisiplinan yg tinggi kepada anak2nya. Ia juga menuntut anak2nya untuk berprestasi, dengan mengikutkan mereka di berbagai ajang perlombaan. Tak jarang hal ini memicu pertengkaran dengan sang suami. Menurut sang suami, pola pengasuhan yg keras yg diterima si ibu di masa mudanya dulu, tidak bisa diterapkan sepenuhnya kepada anak2 mereka kini.

Si ibu berdalih, rasa sayang yg menyebabkan ia seperti ini. Ia ingin anak2nya berhasil. Anak2nya meraih cita2 setinggi2nya. Tidak kandas begitu saja seperti ia dulu.
-----

FYI, ibu cantik ini menceritakan kisahnya itu dengan bercucuran air mata lho. Sedih yaaa...

wait...wait...wait...
Ni postingan kok mirip2 rubrik 'Oh Mama Oh Papa' ya....
Yah, sekali2...melankolis side of my heart ingin ikut bercerita juga.

2 comments:

Unknown said...

enak ya Mbak, jalan2 ke Makassar, saya pengen tapi belom ada waktu [dan duit tentunya]...

sedih cerita ibu itu, tapi untungnya [masih ada untung, padahal jelas2 dapet musibah, hehe...] belom sempat menyerahkan harta paling berharga.

bisa buat pelajaran untuk kita nih.

Ira Lathief said...

Wah...lo skr jd juri kontes dangdut???? apa kbr mimpi lo jd artis dangdut beneran???? yo wis...gak bisa goyang di atas panggung beneran, yg penting lo eksis di belakang panggung ye....:)

btw, posting ini kurang foto2 nih...(penasaran liat mie kriting yummi itu....) dan jg foto si ibu muda itu.....(siapa tau kisahnya bs diangkat di sinetron HIdayah:p)

Yuuukk Maaaangg....